Freitag, August 29, 2008

Ngatur...

Banyak orang yang nyata2 tidak teratur sering sok pinter ngatur2. Kenapa? Karena alam bawah sadar mereka itu malu mengakui kalo mereka itu tidak teratur, lalu mencari kompensasi dengan mengatur orang lain/pekerjaan lain agar terlihat mampu mengatur.

Ini yang bikin bangsa kita ndak maju2, Sodara2.

Laen kali, please, sebelum ngatur, jadilah orang yang mo diatur. Gimana elo mo nerapin aturan ke orang lain dan bikin semuanya teratur sih kalo elonya gak teratur? Mokal, unmoeglich, gak mungkin, hil2 yang mustahal…

Nah, lebih gak maju lagi adalah orang yang mau diatur sama kerjaannya sendiri. Maksud gw, kerjaannya kek gak abis2, gituh. Pernah ngerasa kek gini? Bertaubatlah, Saudaraku.. Even emang elo hidup untuk kerja dan bukannya kerja untuk hidup, coba deh dipikir barang sebentar. Even level motivasi elo meroket setinggi eksosfer, coba deh berpikir ke depan.

***
Teorinya, makin tinggi jabatan elo, makin tinggi pulalah wewenang dan tanggungjawab elo sehingga elo makin sibuk. Teori ini bener, sodara2. Cuma, terkadang orang lupa dua hal: delegasi dan kerjasama. Kita sering lupa kalo kita itu makhluk sosial yang bahkan dalam bekerja pun memerlukan mitra. Kita sering menafikan peran rekan sekerja, menyepelekan bawahan, menyelewengkan persepsi atasan, merasa paling efektif dan efisien, serta mungkin entah berapa ratus macam ‘kejahatan kerja” terselubung semacam ini setiap hari.

Karenanya, banyak orang akhirnya pengen jadi “jawara” kerjaan. Pengen terlihat paling sibuk, paling berharga waktunya, dan paling cerdas otaknya. Yang mustinya jatah kerjaan dua ato tiga orang disikat ngerjain sendirian.. ya ini lah yang bikin organisasi gak maju2, Bung. Di mana2 yang namanya organisasi itu ya dinamis, bergerak bersama, maju bersama, dan sengsara bersama.

***
Ironinya, justru yang khas dari organisasi2 di Indonesia adalah organisasi dengan tipe one man show. Ini konyol, Sodara2. Karena ketika sang “jawara” tumbang, organisasi langsung mati suri atau bahkan mati beneran. Buktinya, liat aja sejarah republik kita tercinta ini. Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila, dan segala partai ataupun ormas biasanya langsung klepek-klepek mati suri ketika pemimpinnya tumbang.

Nasib yang sama juga menimpa PPI Jerman cabang Duisburg-Essen. Setahun gw menjabat, gw gak sempet bikin program kaderisasi karena gw musti pindah ke kota lain di ujung masa2 kepemimpinan. Akibatnya, ketika gw mangkat (alah, bahasanya!), organisasi terancam mati suri lagi. Padahal semua orang udah jatuh cinta ama PPI DUE. Padahal momentum sudah terkelola dengan baik. Padahal fondasi organisasi sudah terpancang dengan mesra…

So, buat elo2 yang ngerasa jadi “jawara” di organisasi ato di kantor, berpikirlah ke depan barang sejenak. Didik anak buah elo supaya jadi kepanjangan spirit elo. Biar mereka belajar berani mengambil keputusan, bertanggungjawab, berpikir, berencana, bertindak, dan berimprovisasi buat kemajuan organisasi elo. Team dynamic musti ada. Kaderisasi adalah harga mutlak yang harus dibayar oleh setiap organisasi. One man show cuma bikin sebuah organisasi mempertaruhkan nasibnya dipundak satu orang “jawara” kacangan.

Gimana menurut elo?

-----------------------------------------------
Holy Sam,
Jatimulya, 29 Agustus 2008; 10:07 WIB.
Haiyah… gw nulis serius amat yak?!:p

Keine Kommentare: