Mittwoch, Dezember 12, 2012

32nd and Beyond

[Am, C, Em, Am]
You are the sun,
When your anger steals the fun.
You are the moon,
And the pain will be over soon.

I am your gravity,
A place to orbit your agony.
I am the fairy tale,
And your sorrow will be disappear.

Bridge [F, G]
Happy birthday my sun ray,
Always scream out-loud during your pray.
Live long my moonlight,
Be brave, strong, and battle this shade.

Reff [Em, C, Am, Em]
God will guide us in every single day.
Your agony will soon be gone away.
I see a brighter future for you and me.
When we share love, compassion, and patience.

Outro [F, Am, Am7]
Just Take my hand follow me
Until the end.

32nd and beyond,
Let's live a life full of smile and passion.
____
Holy Sam,
Kuningan, 12.12.2012; 12.12pm,
This song is dedicated to my lovely wife for her 32nd birthday.

Freitag, Oktober 05, 2012

Masalah Pendidikan

Tanpa mengecilkan masalah2 gawat seperti industrial mismatch, ketidakjelasan metode pedagogik, tawuran, ospek, dst, dst, kita rupanya punya problem yang jauh lebih fundamental lagi, lho.

Coba simak cerita2 di bawah ini:

1. Komunikasi
Budi! Di mana letak Jantung? | Gak tau Pak | Bodoh! Keluar!
*keluar sebentar dan masuk lg*
Pak, di luar jg gak ada Jantung | 3-|

2. Ngerjain PR
Kenapa telat? | Sy dicopet Bu | Terus kamu ga apa2? | Ga apa2 Bu | Apa yg hilang? | Buku PR Bu | >:O

3. Lupa pelajaran
Siapa yg ingat pelajaran minggu lalu? | *hening* | Budi? Km ingat? | Sudahlah Bu! Yang lalu biarlah berlalu | :/

4. Nyontek
Usro, jangan nyontek! | Gak Pak | Terus ngapain nengok2 ke Jojo? | Ini soal2nya kayakny sama Pak. Jadi sy cm mencocokkan jawaban! | >:O

5. Curang
Oke, siapa yg bisa jawab boleh pulang | *murid lempar tas ke jendel* | Siapa yang lempar tadi?! | Saya bu! Horee bs pulang! | 3-|

6. Merokok
Jo, lu kok ngerokok mulu! | Emang kenapa? | Ga takut mati apa!? | Tenang, gw bawa korek! Klo mati, gw nyalain lg! | X_X

7. Ajaran Ortu
Usro, setelah 7 berapa? | 8, 9, 10 Bu | Bagus! Siapa yg ajarin? | Bapak aku Bu | Terus, setelah 10 apa? | Jack, Queen, King Bu! | X_X

8. Dukungan keluarga
Usro, klo UAN ini kamu gagal lagi ga usah kenal sama Bapak!
*Setelah UAN*
Usro, gimana UAN kamu? | Maaf, bapak siapa ya? | >:O

Hm.. Have a nice weekend aja lah ya.
_______
Holy Sam,
Kuningan - Jatimulya, under wet Friday afternoon rush hour,
05.10.2012; 18.56 WIB

Dienstag, September 25, 2012

White House

Rumahku kini putih warnanya,
Berhias hamdalah,
Istiqamah, dan shalawah.
Agar Allah selalu ridha
Menunjuki keluarga kami dengan hidayah.
Merawat kami dengan tarbiyah,
Dan melindungi kami dengan barokah.

Beberapa depa dari masjid raya,
Kami mulai merangkai asa,
Cita-cita penuh cinta,
Sambil tak lupa merangkai doa
Merajut makna
Dan bergandeng tangan mesra.

Rumahku putih warnanya,
Sesejuk salju pegunungan Himalaya.
Tempat kami bercanda tawa,
Menikmati hidup nan bahagia.

Ya Allah,
Tak akan jemu kami pinta,
Tuntunan dan kasih sayangMu sepanjang masa.
Berkahilah rumah putih kita.
Tanda karuniaMu yang teramat mulia.
Amin.
_______
Holy Sam,
Jatimulya, 19.02.2012, Senin Wage, 27 Rabi'ul Awwal 1434 H

Cerai

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Itu dulu. Pada kenyataannya sekarang, terkadang perceraian diperlukan untuk semakin meneguhkan ikatan. Atau untuk menghalangi keruntuhan yang lebih besar. Atau untuk kebaikan seluruh pihak. Namun yang manapun skenario yang dipilih, bercerai dengan sesuatu atau seseorang yang kita cintai tentulah sangat tidak mengenakkan.

Dan seperti halnya obat, pil pahit kehidupan ini terkadang harus kita telan dengan penuh keyakinan agar penyakit yang kita derita menjadi sembuh atau setidaknya berkurang.

***
Perceraian adalah salah satu bidang yang halal namun kurang disukai oleh Allah. Perceraian menafikan cinta meski kadang perceraian itu sendiri diambil untuk mempertahankan cinta. Dan betapapun besarnya cinta yang kita miliki, perceraian adalah sebuah keniscayaan, hanya masalah waktu saja. "Inna lillahi" akan selalu kita dengar setiap hari, sebagaimana nyaris setiap hari kita kehilangan sesuatu, minimal usia dan waktu hidup kita di dunia ini.

Setiap hari kita bercerai dengan waktu. Atau kemarin. Atau impian kita. Sahabat kita. Keluarga kita. Atau ketika berbuat dosa, pada hakikatnya kita sedang menceraikan diri kita sendiri dengan Tuhan kita.

Dengan sudut pandang seperti ini, saya melewati perceraian demi perceraian secara relatif lebih mudah. Bukan berarti saya hobi menikah, karena istri saya hanya satu saja, boleh periksa sendiri kalau tidak percaya, heheheh.

Let me give you a real living example. Saya punya seorang sahabat yang tiada bandingnya. Sebut saja inisialnya, LAS. Boleh dibilang, kami berdua adalah tandem tiada dua. Kalau saya jadi gas, dia akan jadi rem dan sebaliknya. Kami saling bertukar peran secara full otomatis, sehingga buat saya terkadang membaca raut wajahnya jauh lebih efektif ketimbang membaca laporan keuangan perusahaan yang kami pimpin.

Kami tidak memerlukan instruksi, struktur organisasi, atau semacamnya. Kami tidak perlu rapat2 yang menjemukan. Cukup lihat mata masing-masing dan kami tahu apa yang harus dilakukan. Derajat keintiman kami insya Allah tak tertandingi lah.

Dan ketika bibit2 perpecahan perusahaan mulai nampak, kami saling mengantisipasi perceraian yang tadinya kami kira akan berjalan sulit ini. Iya lah, bagi saya pribadi, kehilangan tandem sekaliber ini mungkin mirip dengan risiko kehilangan jari telunjuk. Atau kampas rem. Atau jangan2 pedal gasnya sekalian.

Saya tahu bahwa perceraian ini baginya adalah sesuatu hal yang amat berat dan emosional. Makanya saya setel sikap wajar, meski saya tahu bahwa dia menyadari bahwa hal ini bukanlah sesuatu hal yang mudah bagi saya. Demikianlah cara kami saling mendukung di masa-masa praperceraian yang teramat sulit.

Dan ketika masa perceraian itu tiba, kami tidak menangis. Menyesal pun tidak. Kami fahami bahwa proses ini adalah hal yang terbaik untuk pimpinan kami, karyawan kami, dan masa depan perusahaan kami. Ketakutan kami halau dengan kedewasaan tingkat tinggi bahwa keutuhan perusahaan jauh lebih penting dan genting daripada sekadar jabatan dan posisi kami di perusahaan. Dan betapa sulitnya bagi saya untuk menerima kenyataan bahwa pada akhirnya ia memang harus pergi.

Sandaran yang kukuh itu sudah pergi. Dan kiranya saya harus bersandar lagi kepada sangkan-paran saya yang abadi, yaitu Allah SWT.

***
Saya masih belum tahu apa yang mengadang jalan kami masing2 ke depannya nanti. Namun saya masih percaya bahwa perceraian ini sementara adanya. Saya beri dia kesempatan untuk melakukan revolusi, sedang saya akan terus berkutat pada evolusi. Kami bukanlah manusia paripurna, namun ketika datang lagi masanya, duo tandem "Lassy" akan berjuang lagi bahu membahu menggapai ridha Ilahi. Insya Allah.
_____
Holy Sam,
Kuningan, 12.03.2012
May Allah always blessing you, bro..

Dienstag, Juli 24, 2012

The Escapists

Mengejutkan sekali bahwa manusia modern lebih suka pergi ketimbang pulang. Jalan2 alih2 kembali, serta berkelana ketimbang menetap. Coba lihat saja fenomena long weekend, brain circulation, commuter, dan bahkan mudik. Orang2 berhamburan untuk pergi, jalan2, dan berkelana. Rumah menjelma menjadi titik tolak pengembaraan tuan rumahnya yang terlampau sibuk untuk sekadar kembali.

Rumah modern (?) seringkali tidak memiliki ibu rumah tangga. Segala masalah domestik diselesaikan dengan telepon, bbm, email, dan trivia komunikasi lainnya. Rumah modern dititipkan kepada pembantu rumah tangga sedang si empunya rumah sibuk bekerja, belanja, atau beraktifitas apa saja. Ia kehilangan ruh, spirit dan jiwa sebagai tempat bernaung dan bermukim sebagaimana sering disebut dulu: rumahku surgaku.

Anda familier dengan situasi seperti ini?

***
Teman2 saya sesama pekerja sering membanggakan kantornya sebagai rumah kedua. Jika saja mereka dipinjami sertifikat sewa kantor atau semacamnya, niscaya mereka tak akan malu untuk menyebutkannya sebagai rumah pertama.

Pergi pagi pulang petang pantat panas pinggang pegal pendapatan pas2an tak mengapa, asal ketidakbecusannya mengelola rumah tangga terkompensasi dengan prestasi maupun karir yang kadang tak lebih dari sebuah simulakra.

Lalu ketika akhir pekan tiba mereka sibuk menyusun jadwal pelesir, jalan2, atau berwisata. Sekadar melarikan diri dari kejenuhan, atau lari dari permasalahan yang ada, entahlah.

Saya menyebut mereka kaum eskapis yang mencari sejumput kegembiraan dari perjalanan yang sia2. Lalu ketika dunia kerja tak tertahan lagi bebannya, mereka keluar berdalih ingin mencari tantangan yang lebih, kuliah lagi, beralih profesi, atau pelbagai bentuk eskapisme lainnya.

Toh, tak ada yang salah dari sebuah pelarian, kecuali fakta bahwa pelarian kita akan membawa kita pada ekstase semu yang selalu merayu kita untuk meninggalkan rumah kita yang hakiki.

Anda pernah mengalami situasi seperti ini?

***
Tentu saja ada yang perlu diperbaiki dari situasi ini.

Well, pertama, saya setuju bahwa hidup adalah perjalanan. Kebijaksanaan kita sebagai manusia menuntun kita untuk memilih dan memilah akan ke mana, kapan, dengan cara bagaimana, plus tujuan dan sasaran yang akan dicapai tanpa sedikitpun melalaikan rencana untuk pulang.

Yang perlu diwaspadai adalah ketika kita terbiasa ataupun terlalu lama pergi, pulang akan menjelma menjadi sebuah konsep yang terasa membebani. Hingga terkadang kita pergi tanpa ingat pulang, atau lebih buruk lagi: pergi tanpa tujuan asalkan tidak pulang. Eskapisme murni ini sungguh berbahaya.

Yang kedua, manusia memiliki fitrah untuk pulang. Bahkan sistem reproduksi manusia mengingatkan kita akan asal muasal kita. Belum lagi tuntutan dan tuntunan agama yang mengharuskan kita untuk selalu mengingat pulang dalam artian yang sejati: pulang ke kesejatian. Ketika fitrah ini dilanggar, niscaya jiwa manusia akan dikuasai nafsu untuk melulu pergi ke arah ketidaksejatian. Eskapisme sistematis yang akan menelantarkan kita dari rumah kita sendiri.

Ketiga, bahkan Allah SWT telah menyadari potensi manusia untuk pergi, tersesat, dan tidak kembali. Karenanya kita dibekali dengan potensi hati yang bersih dan akal yang jernih untuk memaknai perjalanan kita sebagai manusia. Ketika dilengkapi dengan hikmah al-Qur'an dan berkah Ramadhan, niscaya eskapisme akan menjadi salah satu perjalanan yang kita syukuri dan mendekatkan kita kepadaNya. Eskapisme menuju ridha Ilahi.

Nah, dari ketiga bentuk eskapisme ini, manakah yang kira2 akan kita pilih?

***
Akhirul kalam, selamat menikmati dan mensyukuri datangnya Ramadhan kali ini, saudara2ku. Semoga kita beroleh ridha Allah dalam setiap kepergian maupun kepulangan kita. Amin.
___
Holy Sam,
Karang Tengah, Ciledug.
24.07.2012, Ramadhan 1433H