Sonntag, August 16, 2009

Jas Merah.. Jangan sampai melupakan sejarah


Eum, tahu artinya sejarah?

Secara tata bahasa, sejarah berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah pohon. Orang arab penyuka metafora mendefinisikan sejarah layaknya sebuah pohon. Ada akar asal-usulnya, ada batang pengalamannya, ada benalu pahit-getirnya, ada buah hikmahnya yang bermanfaat, dan seterusnya.

Orang Inggris menyebutnya history. His-story, bukan her-story. Karena toh sejarah akan selalu bertutur menurut selera si pembuatnya, bukan? Orang Jerman menyebutnya Geschichte. Secara harfiah berarti penampakan atau perupaan. Mungkin orang Jerman sadar benar kalo sejarah selalu menampakkan jatidiri si empunya yang sebenarnya. Tiap guratan membentuk wajah asli, tak bergurat berarti tak punya wajah, dan tak mungkin ada wajah yang tak bercela. Dan ini lah sejarah, saudaraku..

***
Banyak manusia yang -secara sadar maupun tidak, berusaha melupakan sejarah dirinya sendiri. Padahal kesalahan yang telah kita lakukan tetap saja berbekas, minimal pada ingatan orang lain. Kita boleh saja lupa, tapi orang lain akan tetap mengingatnya, dan itu lah sejarah. Makanya, selalu berhati2lah dalam melangkah, saudaraku. Sekali sejarah mencatat, selamanya akan tergurat di wajah kita. Padahal melupakan sejarah sendiri berarti melupakan akar pohon dan jati diri kita sendiri. Lupa sejarah diri yang akut akan mengubah diri kita sendiri menjadi orang yang lupa diri dan akan secara permanen membuat kita menjadi orang yang hilang ingatan karena terlalu banyak lupa.

Pernah ketemu orang macam ini? Atau bangsa macam ini, bahkan? Mbah Surip mengabadikan fenomena ini dengan lagunya yang menyentil. Bangun lagi.. Tidur lagi. Mungkin beliau ingin ingatkan: manusia yang tidak sadar akan jatidiri dan eksistensinya sendiri hanya akan tidur lagi sepanjang umurnya. Sekadar mengecap pahit-getir dunia, lupa, lalu tidur lagi.

***Jika kita teliti buku sejarah bangsa Indonesia, kita bisa rasa ada missing link di sana. Jangankan apa yang terjadi di Jakarta tahun 1998, apa yang terjadi seputar pemilu 2009 pun kita sudah lupa, toh? Dan inilah keprihatinan saya yang terbesar terhadap bangsa yang bernama Indonesia ini. Bangsa yang tidur tak ada habisnya, lupa tak ada habisnya. Lupa sejarah, lupa asal-usul, lupa jatidiri, lupa cita2, kadang2 pikun, lupa ingatan. Tak heran kebanyakan pemimpin2 kita juga melupakan amanat rakyat, lupa nasib rakyat, dan lupa masa depan bangsa.

Dirgahayu, Indonesiaku. Mudah2an ulang tahunmu kali ini membangunkan kita semua dari tidur yang kelewat panjang ini.
____________
Holy Sam,
Cipete,16.08.2009; 07.30 WIB

Keine Kommentare: