Mittwoch, April 08, 2009

Pemilu!


Tahun 2009 adalah tahun pesta buat bangsa Indonesia. Pesta demokrasi, tentunya. Diawali dengan pemilihan langsung anggota legislatif 9 April 2009 besok hingga pemilihan presiden & wakilnya pada 8 Juli 2009 (putaran pertama). Rasa2nya tidak ada hal yang lebih menarik daripada pemilu, apalagi setelah membaca ulasan Pak Saurip B Kadi di harian Fajar. Ulasan selengkapnya bisa dibaca di sini.

Beliau bilang, pemilu di negara kita tercinta ini seperti memilih kucing dalam karung dan sebuah "cek kosong". Alasannya dan ulasannya sangat masuk akal & menarik. Masalahnya di sini, golput bukanlah pilihan. Kenapa? Karena buat saya, memilih pemimpin bukanlah hak semata. Memilih pemimpin adalah hak sekaliagus kewajiban rakyat yang peduli terhadap nasib & masa depan bangsanya. Analogi paling buruk yang bisa saya berikan adalah: jika Anda tahu seorang maling/perampok berpeluang untuk memimpin/mewakili bangsa kita tercinta, tidakkah Anda ingin sekurang2nya mereduksi peluang ini?

***
Terlepas dari kualitas kepemimpinan capres maupun caleg yang kita miliki saat ini, bangsa Indonesia selayaknya bersyukur karena tidak pernah memiliki "shortage" alias "kekurangan stok" calon2 pemimpin. Seburuk apapun kondisi politik, ekonomi, sosial, & budaya nasional, kondisi ini tidak menghalangi seseorang untuk mencalonkan diri maupun bersedia dicalonkan untuk menjadi pemimpin maupun wakil rakyat. Seorang Barrack Obama bisa jadi akan berfikir berkali2 untuk sekadar mau dicalonkan menjadi nahkoda perahu retak berbendera merah putih yang terkoyak ini. Namun lihatlah.. puluhan orang (yang tidak saya ragukan lagi ilmu maupun sumber daya yang dimilikinya) merasa memiliki cukup bekal untuk maju ke depan memimpin dan atau mewakili bangsa. Ini, sekali lagi, adalah hal yang wajib kita syukuri. Maka bersyukurlah dulu, saudaraku..

Masalahnya tinggal sekarang memilih calon mana yang terbaik. Tidak usah lah bermimpi mendapatkan calon pemimpin yang sesuai dengan kriteria al-Qur'an & hadits beserta pernak-pernik karakter yang kadang2 terasa "berlebihan" untuk zaman ini. Cukuplah kita berdoa semoga calon pemimpin2 ini teteup dilindungi, dirahmati, & diridhai Allah SWT serta selalu berada di jalan kebenaran. That's it, easy & simple. Ketika hanya ada brotowali & maja sebagai pilihan, tak perlulah kita mengharapkan buah2an manis lainnya.

***
Alcuin of York (w. 804 M) sering dikutip oleh pernyataannya yang terkenal: "vox populi vox Dei". Artinya kurang lebih: suara rakyat adalah suara Tuhan. Proverbia ini betul menurut saya karena setidaknya 2 alasan.

Pertama, suara rakyat merupakan representasi dari suara Tuhan. Jika rakyatnya orang2 terpelajar, tentulah yang mereka pilih sebagai pemimpin adalah orang yang paling terpelajar. Jika rakyatnya nekat, tentu yang dipilih adalah pemimpin yang paling nekat. Jika rakyatnya pencari ridha Allah, maka tentulah yang terpilih adalah pemimpin yang paling getol mencari ridha Allah. Iya ndak? Makanya, jika kita ingin memiliki pemimpin yang lebih baik, maka kita pun harus berusaha untuk menjadi lebih baik.. nanti setelah baik, barulah Allah akan "mengutus" pemimpin yang lebih baik pula untuk kita semua.

Kedua, suara rakyat merupakan suara Tuhan. Artinya, jika rakyat terdzalimi dan marah, maka Tuhan pun akan marah. Dan percayalah saudaraku, meskipun kasih sayang-Nya lebih besar daripada marah-Nya, bakal sakit sekali terasa jika Tuhan sudah marah. Maka wasiat saya untuk para calon pemimpin bangsa sederhana saja: berhati2 lah, jangan bikin rakyat (tambah) susah apalagi marah..

------------------
Holy Sam,
Gengenbach, 08.04.2009; 01.27 CET
Golput bukan pilihan & pilihan saya bukan golput!

1 Kommentar:

am Syulisbad hat gesagt…

Halo Kak Dian,

Makasih dah berkunjung & berpromosi yak.. mudah2an berkenan. Salam Sukses Selalu.