Freitag, Juni 20, 2008

Antara Perempuan, Jodoh dan Cinta

Hari ini gw dapet 2 koinsidensi yang menarik, yang bikin gw pengen nulis ini blog. Suara hati gw bilang kalo gw wajib nge-share pikiran gw di sini dan saat ini. Entah untuk apa dan karena apa, tangan gw aja sekarang kek ada yang nggerakin. Intuisi? Nope, I think. Subconscious? Well, may be. Let's see.

***

iTunes --> Soft White Throat - Cradle of Filth

Hm2.. Koinsidensi pertama, pas pulang kuliah tadi, temen gw yang namanya Manivannan (asli Tamil, India), ndak ada angin ndak ada ujan, tau2 ngucapin sebuah kalimat yang bunyinya kek "pe kele2 sabere mere tere2". Nah, terang aja gw kaget kan? Rasanya dokter jiwanya doi dah ngebolehin doi masuk kuliah lagi, deh.. kok tiba2 doi ngomong basa India ke gw. Apa hari ini gw mirip Sakhrukh Khan (eum, ejaan aktor Bollywood yang 1 ini gimana sih?) kali yak? Ehuehehhe.

Penasaran, gw tanya lah sama doi apa maksudnya. Katanya, itu proverb dari daerahnya dia. Artinya: "A wowan can either create value to her man, or destroy her man value". That's probably true, I said to him. But then what do your people say about man? Then he said "I don't know". Kekekekek, ternyata di mana2 sama, sodara2.. perempuan sering dijadikan objek.. bukan subjek. Perempuan sering dijadikan objek proverb, ledek2an, dan lain sebagainya oleh para lelaki. Kenapa sih para perempuan ndak bikin proverb ato ledek2an tandingan buat kami para lelaki? Biar seimbang gitu.. katana jaman emansipasi? :p

Well, tapi kali ini gw ndak mo mbahas emansipasi, jadi buat yang ngerasa wanita.. sori yak.. kekekkeke.

A woman can either create or destroy her man's value. Hm, sejujurnya, gw pikir ini ada benernya juga. Banyak contoh orang maju maupun orang gagal yang salah satu faktor pendukungnya adalah wanita. Semua rakyat Indonesia pasti lah tahu betapa besar peran almarhumah Ibu Tien dibalik kesuksesan almarhum Pak Harto, bukan? Tapi seperti yang gw bilang ke Mr. Mani ini: it might be true in some cases, but not in every cases. It depends on many2 factors: family, culture, personality, religion.. whatever it might be. Isn't it? Oder doch?:P.

Kalo Pak Harto ndak punya pangkat di Angkatan Darat dan ndak punya visi dan karakter yang kuat, apa ya iya gara2 peran Bu Tien aja beliau bisa 32 tahun berkuasa?

Tapi gw rasa, proverb ini layak direnungkan barang sebentar. Toh Rasulullah SAW sendiri bilang kalo "al-mar'atu imad al-bilad" (kalo yang ini baru gw inget detilnya:p). Artinya: wanita adalah tiang negara. Meskipun validasi dan verifikasinya agak njelimet, serta gw belum tahu contoh konkretnya, gw rasa pernyataan ini ada benernya sih.

Koinsidensi kedua, sahabat gw, Irma namanya, juga gak ada angin ndak ada ujan, ngirimin sebuah e-mail yang isinya artikel menarik mengenai perempuan. Thanks for giving me this, Ma. Eum, berhubung ndak ada keterangan siapa yang nulis itu, gw cari lah itu artikel di internet. Dan ternyata sodara2.. Om Google ngasih 398 hits artikel yang sama persis kek yang gw terima di e-mail (Gw cuma kupi-pes paragraf pertama doang sih..:D). Dan uniknya, ndak ada satupun blogger yang mencantumkan sapa penulis pertama artikel itu. Kenapa yak? Apa para blogger Indonesia sudah sedemikian tidak menghargai hak cipta kah?!

Well, anyway, apa sih isi artikelnya? Artikelnya bisa dibaca selengkapnya di sini: http://felicia-alvita.blogspot.com/2005/07/lelaki-dan-perempuan.html. Silakan dibaca dulu, abis itu nerusin baca tulisan saya yak, kekekkekee.

***

Hm2.. Gimana? Tersentuh dengan artikel ini? Coba dipikir2 lagi deh..

Karena gw punya opini berbeda tentang artikel ini. Opini gw cuma 1 kata: utopis. Perempuan dalam artikel tsb. rasanya cuma ada dalam imajinasi doang. Gw tau gw bilang gini karena gw belum punya istri, heheheheh. Tapi ini review singkat gw terhadap keluarga2 yang pernah gw kenal: "adjustments are needed" (kek di akuntansi aja yak?:p). Sebaik apapun si perempuan atau si lelaki, mereka perlu beradaptasi untuk jadi tim yang tangguh, bukan? Makanya dalam Islam dikenal adanya proses ta'aruf alias saling mengenal. Seperti kata pepatah para santri: "tak kenal maka ta'aruf".. kekekkeke. Kenapa? Agar tiap2 pihak tau sampai batas mana mereka bisa melakukan penyesuaian satu sama lain, bukan?

Silakan "sikat" opini gw..

What? Jodoh? Sori, man. Buat gw, jodoh juga terminologi yang utopis. Coba cari padanan kata "jodoh" dalam bahasa manca negara? Ada ndak? Ndak ada kan? Jadi buat gw, konsep "jodoh" ini cuma ada di budaya Indonesia. Pasangan kita adalah hasil dari keputusan otak kita. Come on people, let's face it: elo punya kelebihan, elo punya karakter, elo mampu ngelakuin sesuatu dan bisa ngambil keputusan. Masa iya elo mo nyerahin urusan jodoh ini sama yang namanya takdir begitu aja? No way, people.. dari keterangan Rasulullah SAW aja, yang di"catat" pas ruh kita ditiupkan itu cuma empat: amal kita, rezeki kita, ajal kita, serta bahagia/celakanya kita bukan? (Shakih Bukhari, Juz 4, hal. 111). See? Ndak ada kata "jodoh", "pasangan", atau "istri" di situ kan? Artinya ya pasangan kita ya masuk dalam area "qadha" (terjemah bebas: imbalan/balasan), sesuatu yang harus kita perjuangkan dengan usaha dan doa.

What? Cinta? Again, let's face the truth, people: heart can change, yes? Yang ndak bisa berubah cuma satu: cinta Tuhan kepada hamba-Nya. Easy, and it's as simple as that.

***

Beberapa minggu lalu gw nelpon sobat sekaligus murid gw (eum, kali ini ndak nyebut nama deh:p) yang sedang dilanda ketakutan bakal kehilangan pacarnya dan ndak bisa nikah sama doinya. Jawaban gw cukup sederhana: "Sob yak.. dalam tafsir al-Qur'an maupun Perjanjian Baru itu.. ndak ada kok syarat "cinta" untuk bisa nikah apalagi bahagia. Coba, untuk apa ibu Hawwa' (rahmatullah 'alaiha) diciptakan? Untuk ngasih _ketenangan_ kepada Nabi Adam AS dan dijadikan _pasangan_ doang. No more.. Ini sekaligus ngejelasin kenapa hubungan pernikahan ala orang2 tua zaman dulu (baca: penjodohan oleh pihak keluarga) bisa bertahan lama.. bahwa tresna (suka) iku (itu) jalaran (lantaran) saka (karena/dari) kulina (biasa).. bahwa adaptasi mereka sukses itu karena mereka pandai bersyukur.. bahwa cinta mereka tumbuh tiap hari, lebih2 setelah lahirnya sang buah hati.."

See? Cinta (eros) itu karangan (emosi) manusia yang diamplifikasi oleh media sekaligus dijadikan komoditas oleh para seniman dan sastrawan. Totally absurd and virtual. Realitanya, mahabbah (cinta, agape) yang kita butuhin sebenarnya cuma 3: cinta dari Allah, cinta dari Rasulullah SAW, dan cinta dari keluarga kita masing2, bukan?

Jadi, kesimpulan gw, artikel tentang perempuan dan lelaki ini cukup menyentuh, dan honestly cukup ngaduk emosi gw juga sih (jadi kangen sama Nyak, eih.. kekekkeke). Tapi ndak lantas kita bisa masukin hati dan pikiran begitu aja, kan? Idealnya memang artikel ini ditujukan untuk para pasutri agar bisa lebih bersyukur dan konsekuen sama pilihannya dulu. Di titik syukur dan commit ini, niscaya poligami bukan isu relevan dalam rumah tangga lagi. Kalo buat para bujangan sih, sori.. kok ya terlalu gimanaa, gitu. Apa ya iya kita harus nyari pasangan yang sempurna segala2nya? Apa ya ada, gitu?

Terkadang kita harus menerima sesuatu "as is", harus selalu bersyukur, dan selalu yakin kalo cinta Tuhan itu selalu menyertai setiap langkah yang kita ambil. Iya gak?

Wah.. bulan pernama eih.. subhanallah, indahnya.. #kaburmodeON#

-----------------------
Holy Sam,
Gengenbach, 19.06.2008, 23.55

1 Kommentar:

Felicia hat gesagt…

Mmm... iya gue gak nyantumin nama penulis pertama artikel itu, gue cuma nyantumin tempat gue nemu artikel itu, soalnya emang nggak ketauan siapa yang nulis. Hehehe... Kalo nemu siapa penulisnya kasih info ya, biar bisa dikredit :)