Samstag, Januar 24, 2009

Teratai Tanah Garut

(Photo courtesy of wikipedia.org)

Mahasuci Allah. Di sini lah dulu rupanya Waliyullah Kanjeng Sunan Gunung Jati dan sahabat beliau Wali Ja'far Siddiq berjihad memanggul amanat Tuhan untuk menebar cahaya-Nya di tanah Jawa bagian barat. Pantas aku mencium aroma dzikrullah di sini. Tak heran ku temukan semerbak kedamaian, mungkin Karomah alias kemuliaan Tuhan masih membanjiri kawasan ini. Hm2.. dahsyat.

Tadinya aku cuma ingin mengunjungi adikku di sini. Dia sedang praktek di RSUD Garut. Berhubung khawatir ia tak kan bisa pulang melepas kepergianku ke Jerman pekan depan, ku kunjungi dia dengan penuh bahagia.

Metta, Ayu, dan Melinda, silih berganti menemani kami berdua. Sedulur papat sawiji pancer. Aku tak teralu faham dengan yang halus2. Aku adalah orang yang lurus, kawan. Jadi aku abaikan saja keadaan ini. Tak acuh saja lah. Toh aku kan ke sini untuk mengunjungi adikku yang di sini kabarnya sering bertarung dengan persalinan "setengah gagal" hasil pekerjaan dukun bersalin setempat. Jadi, mari sejenak kita serahkan saja urusan metafisika ini kepada Tuhan sang Pencipta 7 dunia.

Kami sedang asyik makan ketika ku lihat Ayu menerawang. "Ada apa, Ayu?", tanyaku pelan. Pandangannya jatuh ke bunga teratai di tengah danau. "Ayu ingin memberi Bu Metta bunga itu", jawabnya dengan santun dan gemulai. "Kamu mau aku ambilkan bunga itu untuk Bu Metta?", selidikku penuh basa-basi. Aduhai, di atas gunung begini, haruskah aku berenang di atas danau kotor ini, batinku berkata. "Tidak usah, nanti bunga itu akan datang sendiri kepada Bu Metta", jawab Ayu lembut penuh rahasia.

Dan akhirnya sore itu kami pulang. Membawa makna, membawa bahagia, membawa tabir prasangka. Bahwa semuanya akan berjalan baik2 saja.

------------------
Holy Sam,
Garut - Jatimulya - Karangtengah, 22-23.01.2009: 20:59 WIB
#whatatravel,indeed#

Keine Kommentare: