Demi untuk kepentingan administrative ato untuk perjanjian kerjasama, beberapa orang nanya pertanyaan senada ini ke gw. Dan demi untuk semakin ninggiin mutu, pertanyaan ini biasanya gw jawab dengan senyum Mr. Ius doang, kekekkeke.
Tjalah... buat gw, ini pertanyaan gak penting, lho. Apa gunanya, coba? Pertama buang2 tinta, kedua buang2 kertas, dan ketiga ndak ada ngaruhnya ke diri gw, kecuali berpotensi buat bikin gw sombong. Jadinya ya gw abstain aja dari tradisi nyantumin gelar akademik maupun reliji gw.
Eum, iya sih, gw tau kuliah itu susah, apalagi lulus.. wahh, lebih susah lagi, eih. Gw maklum sih sama mereka yang nulis gelarnya secara lengkap karena alasan ini. Ini adalah bentuk penghargaan diri mereka atas apa yang telah mereka capai, bukan?
Tapi gw emang males nerima pujian apalagi pujaan dari orang lain, eih. Jadi, sekali lagi, ikut tradisi sobat2 gw di Duisburg aja lah.. gw jangan dipuji, pujian hanya milik Tuhan. Gw tuh dicela aja, Sodara2… dicela, dihina, dicuekin, dan disepelekan… kek perlakuan yang gw terima dari seseorang di Ciledug sana. Hiakakakakka --> curhat colongan teteup mode ON =))
----------------------
Jatimulya, 27 Agustus 2008; 17.40 WIB,
Sambil nunggu maghrib…
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen