Sonntag, Oktober 31, 2010

Me Time!

Meski gw rada kurang suka kompromi, so far gw orang yg cukup fleksibel n kompromistik. Buktinya gampang aja, gw jarang terlibat konflik2 yg ndak perlu kok.

Tapi sepertinya akhir2 ini terasa sedikit lain. Gw seperti makin peka sama potensi masalah. Namun alih2 gw menghindari ato mengeliminasi masalah ini, seringnya gw malah mempercepat "timing" timbulnya masalah ini.

Contohnya gini deh: elo tau kalo hal A itu akan jadi blunder ato masalah di kemudian hari. Tapi elo juga tau kalo hal B, C, dan D juga bakal nimbulin masalah. Berhubung elo cukup kreatif, semua alternatif solusi tadi elo modifikasi hingga katakanlah, menghasilkan solusi A aksen. Namun alih2, ngehindarin masalah, dengan pilihan ini elo malah mempercepat datangnya masalah. Menarik ato justru sangat menyebalkan?

***
Ketika dijalani dengan baik dan benar, buat gw manajemen adalah profesi yang sangat mulia.

Pasalnya, manajemen yang oke akan menghasilkan pertumbuhan usaha, pengembangan kapasitas, pemenuhan kebutuhan, kepedulian sosial, dan tentu saja imbal-balik (return). Seekor kucing akan belajar menjadi macan di dalam sebuah ekosistem yang mendukung, katakanlah demikian.

Karenanya banyak orang kepincut dan suka salah sangka dengan manajemen. Kalau engkau diberi bibit lalu kau tanam, kau rawat, dan kau panen, maka engkau adalah petani. Kalau engkau diberi beras segelas, bumbu2, minyak, dan peralatan masak lalu kau jadikan semua
itu nasi goreng, maka engkau adalah koki atau juru masak.

Tapi kalau kau tak punya apa2 dan bisa menghasilkan sesuatu lewat usaha keras, kerja sama, perencanaan, koordinasi, dan kepemimpinan, baru lah engkau layak disebut manajer sejati!

Manajemen bukanlah hanya engkau punya modal, punya anak buah, punya lokasi, punya pelanggan, supplier, dan lain sebagainya baru lah dengannya engkau cetak laba. Karena jika semua sudah siap ada di meja etalasemu, engkau akan segera berubah menjadi pedagang yang
memperdagangkan semua itu.

***
Namun seorang manajer tetaplah manusia dengan jasadnya yang ringkih, akalnya yang tak seberapa, hatinya yang tak anti-gempa, dan jiwanya yang kembang-kempis. Manajer bukanlah manusia setengah dewa, meski kadang kekuasaan "mirip" Tuhan "terselip" di tangannya.

Makanya sah2 saja jika suatu waktu seorang manajer harus "ngelimpruk", sakit, lemah dan lesu tak berdaya. Mungkin dengan kelesuannya itu jiwanya mengorbit ke angkasa. Mungkin setelah masa lemah akan datang masa jayanya. Tentu saja tidak menutup kemungkinan jika di balik
sakitnya Tuhan akan membelai2nya dengan mesra untuk kemudian menuntunnya kepada jalan yang lebih lapang. Amin.
____________
Holy Sam,
Jatimulya, 31.10.2010; 10.46WIB

Keine Kommentare: